الانشقاق
Terdapat 25 ayat dan diturunkan di Mekah
Surat Al Insyiqaaq, terdiri atas 25 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyah, diturunkan sesudah surat Al Infithaarr. Dinamai Al Insyiqaaq (terbelah), diambil dari perkataan Insyaqqat yang terdapat pada permulaan surat ini, yang pokok katanya ialah insyiqaaq.
Ayat 1
اِذَا السَّمَاۤءُ انْشَقَّتْۙ
iżas-samā'unsyaqqat.
Apabila langit terbelah,
Dalam ayat-ayat ini, Allah menerangkan bahwa apabila langit terbelah karena telah rusak hubungan bagian-bagiannya dengan rusaknya peraturan alam semesta pada hari Kiamat nanti, disebabkan perbenturan bintang-bintang di langit karena masing-masing mempunyai daya tarik tersendiri. Oleh karena itu, rusaklah peraturan alam semesta dan terjadilah gumpalan-gumpalan awan yang gelap gulita yang timbul di beberapa tempat di angkasa luar, dan langit itu akan patuh kepada apa-apa yang diperintahkan Allah. Ia pantas menjadi patuh karena dialah makhluk Tuhan yang senantiasa berada dalam kekuasaan-Nya.
Ayat 2
وَاَذِنَتْ لِرَبِّهَا وَحُقَّتْۙ
wa ażinat lirabbihā wa ḥuqqat.
dan patuh kepada Tuhannya, dan sudah semestinya patuh,
Dalam ayat-ayat ini, Allah menerangkan bahwa apabila langit terbelah karena telah rusak hubungan bagian-bagiannya dengan rusaknya peraturan alam semesta pada hari Kiamat nanti, disebabkan perbenturan bintang-bintang di langit karena masing-masing mempunyai daya tarik tersendiri. Oleh karena itu, rusaklah peraturan alam semesta dan terjadilah gumpalan-gumpalan awan yang gelap gulita yang timbul di beberapa tempat di angkasa luar, dan langit itu akan patuh kepada apa-apa yang diperintahkan Allah. Ia pantas menjadi patuh karena dialah makhluk Tuhan yang senantiasa berada dalam kekuasaan-Nya.
Ayat 3
وَاِذَا الْاَرْضُ مُدَّتْۙ
wa iẓal-arḍu muddat.
dan apabila bumi diratakan,
Selanjutnya Allah menerangkan bahwa bila bumi dan gunung-gunung hancur berkeping-keping sehingga menjadi rata dan mengeluarkan apa yang ada di dalam "perut"-nya, maka hal itu adalah karena ketundukannya pada perintah Allah dan kepatuhan melakukan kehendak-Nya.
Dalam ayat-ayat lain, Allah berfirman:
Apabila bumi diguncangkan dengan guncangan yang dahsyat, dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya. (az-Zalzalah/99: 1-2)
Dan apabila kuburan-kuburan dibongkar. (al-Infithar/82: 4)
Maka tidakkah dia mengetahui apabila apa yang di dalam kubur dikeluarkan. (al-'Adiyat/100: 9)
Untuk tafsir pada kalimat "langit terbelah" di atas, dapat dilihat kembali pada telaah ilmiah Surah al-Insyiqaq/84:1-5, lihat pula telaah ilmiah Surah al-haqqah/69:16 dan Surah al-Infithar/82:1. Kemudian, kalimat yang mengikutinya: "¦dan patuh kepada Tuhannya, dan sudah semestinya langit itu patuh", mengandung pengertian bahwa kejadian itu berlangsung menurut sunatullah, yaitu menurut hukum-hukum Allah yang ada di alam semesta ini. Pengertian "bumi diratakan, dan memuntahkan apa yang ada di dalamnya dan menjadi kosong" adalah bahwa bumi benar-benar luluh lantak, baik terjadinya benturan dengan planet atau benda langit lainnya, karena hilang atau kacaunya gaya gravitasi. Luluh lantaknya bumi inilah yang juga menyebabkan seluruh isi bumi dimuntahkan dan menjadikan isi bumi kosong. Kemudian, kalimat yang mengikutinya: "¦dan patuh kepada Tuhannya, dan sudah semestinya bumi itu patuh", mengandung pengertian bahwa kejadian itu berlangsung menurut sunatullah, yaitu menurut hukum-hukum Allah yang ada di alam semesta ini.
Ayat 4
وَاَلْقَتْ مَا فِيْهَا وَتَخَلَّتْۙ
wa alqat mā fīhā wa takhallat.
dan memuntahkan apa yang ada di dalamnya dan menjadi kosong,
Selanjutnya Allah menerangkan bahwa bila bumi dan gunung-gunung hancur berkeping-keping sehingga menjadi rata dan mengeluarkan apa yang ada di dalam "perut"-nya, maka hal itu adalah karena ketundukannya pada perintah Allah dan kepatuhan melakukan kehendak-Nya.
Dalam ayat-ayat lain, Allah berfirman:
Apabila bumi diguncangkan dengan guncangan yang dahsyat, dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya. (az-Zalzalah/99: 1-2)
Dan apabila kuburan-kuburan dibongkar. (al-Infithar/82: 4)
Maka tidakkah dia mengetahui apabila apa yang di dalam kubur dikeluarkan. (al-'Adiyat/100: 9)
Untuk tafsir pada kalimat "langit terbelah" di atas, dapat dilihat kembali pada telaah ilmiah Surah al-Insyiqaq/84:1-5, lihat pula telaah ilmiah Surah al-haqqah/69:16 dan Surah al-Infithar/82:1. Kemudian, kalimat yang mengikutinya: "¦dan patuh kepada Tuhannya, dan sudah semestinya langit itu patuh", mengandung pengertian bahwa kejadian itu berlangsung menurut sunatullah, yaitu menurut hukum-hukum Allah yang ada di alam semesta ini. Pengertian "bumi diratakan, dan memuntahkan apa yang ada di dalamnya dan menjadi kosong" adalah bahwa bumi benar-benar luluh lantak, baik terjadinya benturan dengan planet atau benda langit lainnya, karena hilang atau kacaunya gaya gravitasi. Luluh lantaknya bumi inilah yang juga menyebabkan seluruh isi bumi dimuntahkan dan menjadikan isi bumi kosong. Kemudian, kalimat yang mengikutinya: "¦dan patuh kepada Tuhannya, dan sudah semestinya bumi itu patuh", mengandung pengertian bahwa kejadian itu berlangsung menurut sunatullah, yaitu menurut hukum-hukum Allah yang ada di alam semesta ini.
Ayat 5
وَاَذِنَتْ لِرَبِّهَا وَحُقَّتْۗ
wa ażinat lirabbihā wa ḥuqqat.
dan patuh kepada Tuhannya, dan sudah semestinya patuh.
Selanjutnya Allah menerangkan bahwa bila bumi dan gunung-gunung hancur berkeping-keping sehingga menjadi rata dan mengeluarkan apa yang ada di dalam "perut"-nya, maka hal itu adalah karena ketundukannya pada perintah Allah dan kepatuhan melakukan kehendak-Nya.
Dalam ayat-ayat lain, Allah berfirman:
Apabila bumi diguncangkan dengan guncangan yang dahsyat, dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya. (az-Zalzalah/99: 1-2)
Dan apabila kuburan-kuburan dibongkar. (al-Infithar/82: 4)
Maka tidakkah dia mengetahui apabila apa yang di dalam kubur dikeluarkan. (al-'Adiyat/100: 9)
Untuk tafsir pada kalimat "langit terbelah" di atas, dapat dilihat kembali pada telaah ilmiah Surah al-Insyiqaq/84:1-5, lihat pula telaah ilmiah Surah al-haqqah/69:16 dan Surah al-Infithar/82:1. Kemudian, kalimat yang mengikutinya: "¦dan patuh kepada Tuhannya, dan sudah semestinya langit itu patuh", mengandung pengertian bahwa kejadian itu berlangsung menurut sunatullah, yaitu menurut hukum-hukum Allah yang ada di alam semesta ini. Pengertian "bumi diratakan, dan memuntahkan apa yang ada di dalamnya dan menjadi kosong" adalah bahwa bumi benar-benar luluh lantak, baik terjadinya benturan dengan planet atau benda langit lainnya, karena hilang atau kacaunya gaya gravitasi. Luluh lantaknya bumi inilah yang juga menyebabkan seluruh isi bumi dimuntahkan dan menjadikan isi bumi kosong. Kemudian, kalimat yang mengikutinya: "¦dan patuh kepada Tuhannya, dan sudah semestinya bumi itu patuh", mengandung pengertian bahwa kejadian itu berlangsung menurut sunatullah, yaitu menurut hukum-hukum Allah yang ada di alam semesta ini.
Ayat 6
يٰٓاَيُّهَا الْاِنْسَانُ اِنَّكَ كَادِحٌ اِلٰى رَبِّكَ كَدْحًا فَمُلٰقِيْهِۚ
yā ayyuhal-insānu innaka kādiḥun ilā rabbika kadḥan fa mulāqīh(i).
Wahai manusia! Sesungguhnya kamu telah bekerja keras menuju Tuhanmu, maka kamu akan menemui-Nya.
Dalam ayat ini, Allah mengungkapkan bahwa manusia dalam masa hidupnya bekerja dengan sungguh-sungguh untuk mencapai cita-citanya. Setiap langkah manusia sesungguhnya menuju kepada akhir hidupnya, yaitu mati. Hal ini berarti kembali kepada Allah. Oleh karena itu, manusia akan mengetahui tentang baik buruk pekerjaan yang telah mereka kerjakan.
Ayat 7
فَاَمَّا مَنْ اُوْتِيَ كِتٰبَهٗ بِيَمِيْنِهٖۙ
fa ammā man ūtiya kitābahū biyamīnih(ī).
Maka adapun orang yang catatannya diberikan dari sebelah kanannya,
Dalam ayat-ayat ini diterangkan golongan yang menerima catatan dengan tangan kanannya yang berisi apa-apa yang telah dikerjakannya, maka ia akan dihisab dengan mudah dan ringan. Dipaparkanlah semua perbuatannya yang baik dan yang buruk, kemudian diberi ganjaran atas perbuatannya yang baik dan dimaafkanlah perbuatannya yang buruk.
Dalam sebuah hadis Nabi saw dijelaskan:
Dari 'Aisyah, ia berkata, "Aku mendengar Rasulullah saw. berdoa dalam sebagian salat yang dilakukannya, "Wahai Allah, hisablah aku dengan hisab yang mudah". Ketika Rasul selesai salat, aku berkata: "Wahai Nabi Allah, apakah hisab yang mudah itu? Rasulullah menjawab, "Hisab yang mudah adalah ketika Allah memeriksa catatan amal seseorang, Dia memaafkan. Wahai 'Aisyah, orang yang diinterogasi pada perhitungan amalnya di hari itu (Hari Kiamat), maka ia celaka. Dan setiap musibah yang menimpa seorang mukmin, Allah akan mengampuni (dosanya) dengan musibah itu, walau hanya sekedar tertusuk duri." (Riwayat Ahmad)
Maksud Rasulullah dengan perhitungan yang mudah ialah dimaafkan segala kesalahannya, sedangkan orang yang diperiksa catatannya dengan teliti adalah orang yang mendapat malapetaka. Barang siapa mendapat perhitungan yang mudah dan ringan, ia akan kembali kepada keluarganya yang mukmin dengan gembira sebagaimana firman Allah:
Adapun orang yang kitabnya diberikan di tangan kanannya, maka dia berkata, "Ambillah, bacalah kitabku (ini). Sesungguhnya aku yakin bahwa (suatu saat) aku akan menerima perhitungan terhadap diriku." Maka orang itu berada dalam kehidupan yang diridai. (al-haqqah/69: 19-21)
Ayat 8
فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَّسِيْرًاۙ
fa saufa yuḥāsabu ḥisābay yasīrā(n).
maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah,
Dalam ayat-ayat ini diterangkan golongan yang menerima catatan dengan tangan kanannya yang berisi apa-apa yang telah dikerjakannya, maka ia akan dihisab dengan mudah dan ringan. Dipaparkanlah semua perbuatannya yang baik dan yang buruk, kemudian diberi ganjaran atas perbuatannya yang baik dan dimaafkanlah perbuatannya yang buruk.
Dalam sebuah hadis Nabi saw dijelaskan:
Dari 'Aisyah, ia berkata, "Aku mendengar Rasulullah saw. berdoa dalam sebagian salat yang dilakukannya, "Wahai Allah, hisablah aku dengan hisab yang mudah". Ketika Rasul selesai salat, aku berkata: "Wahai Nabi Allah, apakah hisab yang mudah itu? Rasulullah menjawab, "Hisab yang mudah adalah ketika Allah memeriksa catatan amal seseorang, Dia memaafkan. Wahai 'Aisyah, orang yang diinterogasi pada perhitungan amalnya di hari itu (Hari Kiamat), maka ia celaka. Dan setiap musibah yang menimpa seorang mukmin, Allah akan mengampuni (dosanya) dengan musibah itu, walau hanya sekedar tertusuk duri." (Riwayat Ahmad)
Maksud Rasulullah dengan perhitungan yang mudah ialah dimaafkan segala kesalahannya, sedangkan orang yang diperiksa catatannya dengan teliti adalah orang yang mendapat malapetaka. Barang siapa mendapat perhitungan yang mudah dan ringan, ia akan kembali kepada keluarganya yang mukmin dengan gembira sebagaimana firman Allah:
Adapun orang yang kitabnya diberikan di tangan kanannya, maka dia berkata, "Ambillah, bacalah kitabku (ini). Sesungguhnya aku yakin bahwa (suatu saat) aku akan menerima perhitungan terhadap diriku." Maka orang itu berada dalam kehidupan yang diridai. (al-haqqah/69: 19-21)
Ayat 9
وَّيَنْقَلِبُ اِلٰٓى اَهْلِهٖ مَسْرُوْرًاۗ
wa yanqalibu ilā ahlihī masrūrā(n).
dan dia akan kembali kepada keluarganya (yang sama-sama beriman) dengan gembira.
Dalam ayat-ayat ini diterangkan golongan yang menerima catatan dengan tangan kanannya yang berisi apa-apa yang telah dikerjakannya, maka ia akan dihisab dengan mudah dan ringan. Dipaparkanlah semua perbuatannya yang baik dan yang buruk, kemudian diberi ganjaran atas perbuatannya yang baik dan dimaafkanlah perbuatannya yang buruk.
Dalam sebuah hadis Nabi saw dijelaskan:
Dari 'Aisyah, ia berkata, "Aku mendengar Rasulullah saw. berdoa dalam sebagian salat yang dilakukannya, "Wahai Allah, hisablah aku dengan hisab yang mudah". Ketika Rasul selesai salat, aku berkata: "Wahai Nabi Allah, apakah hisab yang mudah itu? Rasulullah menjawab, "Hisab yang mudah adalah ketika Allah memeriksa catatan amal seseorang, Dia memaafkan. Wahai 'Aisyah, orang yang diinterogasi pada perhitungan amalnya di hari itu (Hari Kiamat), maka ia celaka. Dan setiap musibah yang menimpa seorang mukmin, Allah akan mengampuni (dosanya) dengan musibah itu, walau hanya sekedar tertusuk duri." (Riwayat Ahmad)
Maksud Rasulullah dengan perhitungan yang mudah ialah dimaafkan segala kesalahannya, sedangkan orang yang diperiksa catatannya dengan teliti adalah orang yang mendapat malapetaka. Barang siapa mendapat perhitungan yang mudah dan ringan, ia akan kembali kepada keluarganya yang mukmin dengan gembira sebagaimana firman Allah:
Adapun orang yang kitabnya diberikan di tangan kanannya, maka dia berkata, "Ambillah, bacalah kitabku (ini). Sesungguhnya aku yakin bahwa (suatu saat) aku akan menerima perhitungan terhadap diriku." Maka orang itu berada dalam kehidupan yang diridai. (al-haqqah/69: 19-21)
Ayat 10
وَاَمَّا مَنْ اُوْتِيَ كِتٰبَهٗ وَرَاۤءَ ظَهْرِهٖۙ
wa ammā man ūtiya kitābahū warā'a ẓahrih(ī).
Dan adapun orang yang catatannya diberikan dari sebelah belakang,
Dalam ayat-ayat ini, Allah menerangkan bahwa golongan kedua adalah mereka yang banyak mengerjakan perbuatan maksiat, durhaka, dan tidak diridai Allah. Mereka akan menerima catatan perbuatan mereka dengan tangan kiri, dan dari belakang, kemudian mereka dimasukkan ke dalam neraka.
Dan adapun orang yang kitabnya diberikan di tangan kirinya, maka dia berkata, "Alangkah baiknya jika kitabku (ini) tidak diberikan kepadaku. Sehingga aku tidak mengetahui bagaimana perhitunganku. Wahai, kiranya (kematian) itulah yang menyudahi segala sesuatu. Hartaku sama sekali tidak berguna bagiku. Kekuasaanku telah hilang dariku." (al-haqqah/69: 25-29)
Ayat 11
فَسَوْفَ يَدْعُوْا ثُبُوْرًاۙ
fa saufa yad‘ū ṡubūrā(n).
maka dia akan berteriak, “Celakalah aku!”
Dalam ayat-ayat ini, Allah menerangkan bahwa golongan kedua adalah mereka yang banyak mengerjakan perbuatan maksiat, durhaka, dan tidak diridai Allah. Mereka akan menerima catatan perbuatan mereka dengan tangan kiri, dan dari belakang, kemudian mereka dimasukkan ke dalam neraka.
Dan adapun orang yang kitabnya diberikan di tangan kirinya, maka dia berkata, "Alangkah baiknya jika kitabku (ini) tidak diberikan kepadaku. Sehingga aku tidak mengetahui bagaimana perhitunganku. Wahai, kiranya (kematian) itulah yang menyudahi segala sesuatu. Hartaku sama sekali tidak berguna bagiku. Kekuasaanku telah hilang dariku." (al-haqqah/69: 25-29)
Ayat 12
وَّيَصْلٰى سَعِيْرًاۗ
wa yaṣlā sa‘īrā(n).
Dan dia akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka).
Dalam ayat-ayat ini, Allah menerangkan bahwa golongan kedua adalah mereka yang banyak mengerjakan perbuatan maksiat, durhaka, dan tidak diridai Allah. Mereka akan menerima catatan perbuatan mereka dengan tangan kiri, dan dari belakang, kemudian mereka dimasukkan ke dalam neraka.
Dan adapun orang yang kitabnya diberikan di tangan kirinya, maka dia berkata, "Alangkah baiknya jika kitabku (ini) tidak diberikan kepadaku. Sehingga aku tidak mengetahui bagaimana perhitunganku. Wahai, kiranya (kematian) itulah yang menyudahi segala sesuatu. Hartaku sama sekali tidak berguna bagiku. Kekuasaanku telah hilang dariku." (al-haqqah/69: 25-29)
Ayat 13
اِنَّهٗ كَانَ فِيْٓ اَهْلِهٖ مَسْرُوْرًاۗ
innahū kāna fī ahlihī masrūrā(n).
Sungguh, dia dahulu (di dunia) bergembira di kalangan keluarganya (yang sama-sama kafir).
Dalam ayat-ayat ini, Allah menjelaskan bahwa ada dua hal yang menjadi sebab mengapa mereka menerima catatan amalnya dengan tangan kiri, yaitu: pertama, mereka berbuat sekehendak hatinya, mengerjakan kejahatan dan kemaksiatan dengan tidak memikirkan akibat buruk yang akan menimpa mereka di akhirat kelak.
Kedua, mereka menyangka bahwa mereka tidak akan kembali kepada Tuhannya dan tidak akan dibangkitkan kembali untuk dihisab dan menerima hasil perbuatan mereka di dunia.
Ayat 14
اِنَّهٗ ظَنَّ اَنْ لَّنْ يَّحُوْرَ ۛ
innahū ẓanna allay yaḥūr(a).
Sesungguhnya dia mengira bahwa dia tidak akan kembali (kepada Tuhannya).
Dalam ayat-ayat ini, Allah menjelaskan bahwa ada dua hal yang menjadi sebab mengapa mereka menerima catatan amalnya dengan tangan kiri, yaitu: pertama, mereka berbuat sekehendak hatinya, mengerjakan kejahatan dan kemaksiatan dengan tidak memikirkan akibat buruk yang akan menimpa mereka di akhirat kelak.
Kedua, mereka menyangka bahwa mereka tidak akan kembali kepada Tuhannya dan tidak akan dibangkitkan kembali untuk dihisab dan menerima hasil perbuatan mereka di dunia.
Ayat 15
بَلٰىۛ اِنَّ رَبَّهٗ كَانَ بِهٖ بَصِيْرًاۗ
balā, inna rabbahū kāna bihī baṣīrā(n).
Tidak demikian, sesungguhnya Tuhannya selalu melihatnya.
Dalam ayat ini, Allah menegaskan bahwa mereka sesungguhnya akan kembali kepada-Nya dan akan menerima hasil perbuatan mereka di dunia. Orang yang saleh dan patuh mengerjakan perintah-Nya akan dimasukkan ke dalam surga, sedang orang yang durhaka dan banyak berbuat maksiat akan dimasukkan ke dalam neraka.
Ayat 16
فَلَآ اُقْسِمُ بِالشَّفَقِۙ
falā uqsimu bisy-syafaq(i).
Maka Aku bersumpah demi cahaya merah pada waktu senja,
Dalam ayat-ayat ini, Allah bersumpah dengan cahaya merah pada waktu senja, dengan malam dan apa-apa yang diselubunginya dan dengan bulan apabila jadi purnama bahwa sesungguhnya manusia melalui tahap demi tahap dalam kehidupan, dari setetes air mani sampai dilahirkan.
Kemudian melalui masa kanak-kanak, remaja dan dewasa sampai tua. Kemudian dari hidup sampai mati, lalu dibangkitkan kembali, hidup kembali di surga atau neraka setelah melalui ujian dan perhitungan yang sangat teliti.
Ayat 17
وَالَّيْلِ وَمَا وَسَقَۙ
wal-laili wa mā wasaq(a).
demi malam dan apa yang diselubunginya,
Dalam ayat-ayat ini, Allah bersumpah dengan cahaya merah pada waktu senja, dengan malam dan apa-apa yang diselubunginya dan dengan bulan apabila jadi purnama bahwa sesungguhnya manusia melalui tahap demi tahap dalam kehidupan, dari setetes air mani sampai dilahirkan.
Kemudian melalui masa kanak-kanak, remaja dan dewasa sampai tua. Kemudian dari hidup sampai mati, lalu dibangkitkan kembali, hidup kembali di surga atau neraka setelah melalui ujian dan perhitungan yang sangat teliti.
Ayat 18
وَالْقَمَرِ اِذَا اتَّسَقَۙ
wal-qamari iżattasaq(a).
demi bulan apabila jadi purnama,
Dalam ayat-ayat ini, Allah bersumpah dengan cahaya merah pada waktu senja, dengan malam dan apa-apa yang diselubunginya dan dengan bulan apabila jadi purnama bahwa sesungguhnya manusia melalui tahap demi tahap dalam kehidupan, dari setetes air mani sampai dilahirkan.
Kemudian melalui masa kanak-kanak, remaja dan dewasa sampai tua. Kemudian dari hidup sampai mati, lalu dibangkitkan kembali, hidup kembali di surga atau neraka setelah melalui ujian dan perhitungan yang sangat teliti.
Ayat 19
لَتَرْكَبُنَّ طَبَقًا عَنْ طَبَقٍۗ
latarkabunna ṭabaqan ‘an ṭabaq(in).
sungguh, akan kamu jalani tingkat demi tingkat (dalam kehidupan).
Dalam ayat-ayat ini, Allah bersumpah dengan cahaya merah pada waktu senja, dengan malam dan apa-apa yang diselubunginya dan dengan bulan apabila jadi purnama bahwa sesungguhnya manusia melalui tahap demi tahap dalam kehidupan, dari setetes air mani sampai dilahirkan.
Kemudian melalui masa kanak-kanak, remaja dan dewasa sampai tua. Kemudian dari hidup sampai mati, lalu dibangkitkan kembali, hidup kembali di surga atau neraka setelah melalui ujian dan perhitungan yang sangat teliti.
Ayat 20
فَمَا لَهُمْ لَا يُؤْمِنُوْنَۙ
famā lahum lā yu'minūn(a).
Maka mengapa mereka tidak mau beriman?
Dalam ayat ini, Allah mencela sikap dan perbuatan mereka, "Mengapa mereka masih tidak mau beriman, sedangkan bukti telah nyata menunjukkan adanya hari kebangkitan itu?" Firman Allah:
Orang-orang yang kafir mengira, bahwa mereka tidak akan dibangkitkan. Katakanlah (Muhammad), "Tidak demikian, demi Tuhanku, kamu pasti dibangkitkan, kemudian diberitakan semua yang telah kamu kerjakan." Dan yang demikian itu mudah bagi Allah. (at-Tagabun/64: 7)
Ayat 21
وَاِذَا قُرِئَ عَلَيْهِمُ الْقُرْاٰنُ لَا يَسْجُدُوْنَ ۗ ۩
wa iżā quri'a ‘alaihimul-qur'ānu lā yasjudūn(a).
Dan apabila Al-Qur'an dibacakan kepada mereka, mereka tidak (mau) bersujud,
Dalam ayat ini, Allah menerangkan bahwa mereka tidak mau mengakui bahwa Al-Qur'an itu kalam Ilahi yang harus dimuliakan dan dipatuhi serta mengakui bahwa sesungguhnya Nabi Muhammad saw utusan Allah.
Ayat 22
بَلِ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا يُكَذِّبُوْنَۖ
balil-lażīna kafarū yukażżibūn(a).
bahkan orang-orang kafir itu mendustakan(nya).
Dalam ayat ini, Allah menerangkan bahwa mereka tidak mau mengakui bahwa Al-Qur'an itu kalam Ilahi yang harus dimuliakan dan dipatuhi serta mengakui bahwa sesungguhnya Nabi Muhammad saw utusan Allah.
Ayat 23
وَاللّٰهُ اَعْلَمُ بِمَا يُوْعُوْنَۖ
wallāhu a‘lamu bimā yū‘ūn(a).
Dan Allah lebih mengetahui apa yang mereka sembunyikan (dalam hati mereka).
Dalam ayat-ayat berikut ini, Allah menerangkan sebab mereka tidak mau mengakuinya, yaitu:
1.Mereka dengki kepada Nabi Muhammad atas kelebihan yang telah dikaruniakan Allah kepadanya.
2.Mereka takut kehilangan pengaruh dan kedudukan sebagai pemimpin bangsanya.
3.Mereka tidak mau mengganti kepercayaan yang telah dianut oleh nenek moyang mereka dengan kepercayaan yang lain. Allah mengetahui apa yang mereka sembunyikan dalam hati mereka. Oleh karena itu, Allah mengejek mereka dengan kata-kata, "Berilah kabar gembira kepada mereka dengan azab yang pedih di hari Kiamat nanti."
Ayat 24
فَبَشِّرْهُمْ بِعَذَابٍ اَلِيْمٍۙ
fa basysyirhum bi‘ażābin alīm(in).
Maka sampaikanlah kepada mereka (ancaman) azab yang pedih,
Dalam ayat-ayat berikut ini, Allah menerangkan sebab mereka tidak mau mengakuinya, yaitu:
1.Mereka dengki kepada Nabi Muhammad atas kelebihan yang telah dikaruniakan Allah kepadanya.
2.Mereka takut kehilangan pengaruh dan kedudukan sebagai pemimpin bangsanya.
3.Mereka tidak mau mengganti kepercayaan yang telah dianut oleh nenek moyang mereka dengan kepercayaan yang lain. Allah mengetahui apa yang mereka sembunyikan dalam hati mereka. Oleh karena itu, Allah mengejek mereka dengan kata-kata, "Berilah kabar gembira kepada mereka dengan azab yang pedih di hari Kiamat nanti."
Ayat 25
اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ لَهُمْ اَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُوْنٍ ࣖ
illal-lażīna āmanū wa ‘amiluṣ-ṣāliḥāti lahum ajrun gairu mamnūn(in).
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka akan mendapat pahala yang tidak putus-putusnya.
Dalam ayat ini, Allah menerangkan bahwa orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, percaya kepada Al-Qur'an, serta mengerjakan ajarannya dengan sebaik-baiknya, akan mendapat ganjaran dari Allah yang tidak ada putus-putusnya, abadi selama-lamanya.
Al-Insyiqaq (25 ayat)
Telah menceritakan kepada kami Abdul Warits bin Abdush Shamad bin Abdul Warits berkata, telah menceritakan kepadaku Bapakku berkata, telah menceritakan kepadaku Bapakku dari Ayyub dari Muhammad bin Sirin dari Abu Hurairah ia berkata; Seorang lelaki datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, lalu beliau memberi motifasi kepadanya (untuk beramal den... Selengkapnya
Telah menceritakan kepada kami Abdul Warits bin Abdush Shamad bin Abdul Warits berkata, telah menceritakan kepadaku Bapakku berkata, telah menceritakan kepadaku Bapakku dari Ayyub dari Muhammad bin Sirin dari Abu Hurairah ia berkata; Seorang lelaki datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, lalu beliau memberi motifasi kepadanya (untuk beramal dengan sesuatu). Seorang laki-laki di antara kami berkata; "Aku mempunyai seperti ini dan seperti ini." Abu Hurairah berkata: Maka tidak seorangpun yang ada di majlis tersebut kecuali ia bersedekah kepada Nabi baik sedikit maupun banyak. Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pun bersabda: "Barangsiapa membuat sunnah yang baik, kemudian sunnah itu menjadi teladan, maka ia akan mendapatkan pahala amalnya secara sempurna berserta pahala orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Dan barangsiapa membuat sunnah yang buruk, kemudian sunnah itu menjadi teladan, maka ia akan mendapatkan dosa dari perbuatannya secara sempurna beserta dosa orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun."
HR. Ibnu Majah
Sholat | 16 Maret 2019 18:32
Tausiyah | 20 September 2024 05:45
Dunia Islam | 19 September 2024 23:07
Dunia Islam | 19 September 2024 22:48
Hikmah | 25 September 2024 03:50