Mencerahkan khazanah Islam

Advertisement

Jadwal Shalat
Tanggal
13/10/2024
Subuh
04:17
Terbit
05:29
Dhuha
05:56
Dhuhur
11:42
Ashar
14:46
Maghrib
17:49
Isya
18:58

التكوير

81. At-Takwir

Terdapat 29 ayat dan diturunkan di Mekah

Surat At Takwir terdiri atas 29 ayat dan termasuk golongan surat-surat Makkiyah, diturunkan sesudah surat Al Masadd. Kata At Takwir (terbelah) yang menjadi nama bagi surat ini adalah dari kata asal (mashdar) dari kata kerja kuwwirat (digulung) yang terdapat pada ayat pertama surat ini.

Ayat 1

اِذَا الشَّمْسُ كُوِّرَتْۖ

iżasy-syamsu kuwwirat.

Apabila matahari digulung,

Dalam ayat ini, Allah menerangkan bahwa jika matahari telah digulung, telah padam cahayanya dan jatuh berantakan bersamaan dengan hancurnya alam semesta yang pernah didiami oleh makhluk-makhluk yang hidup di dunia, maka musnahlah segala alam karena berpindah kepada alam yang lain.

Ayat 2

وَاِذَا النُّجُوْمُ انْكَدَرَتْۖ

wa iżan-nujūmunkadarat.

dan apabila bintang-bintang berjatuhan,

Apabila bintang-bintang berjatuhan dan padam sekalian cahayanya.

Ayat 3

وَاِذَا الْجِبَالُ سُيِّرَتْۖ

wa iżal-jibālu suyyirat.

dan apabila gunung-gunung dihancurkan,

Dan apabila gunung-gunung dihancurkan setelah dicabut dari bumi, diterbangkan di angkasa ketika terjadinya gempa yang amat dahsyat sehingga gunung-gunung itu terlepas dari dasarnya dan dilemparkan di angkasa seperti awan yang ditiup angin laksana kapas.

Untuk telaah ilmiah Surah at-Takwir/81: 1-3 ini, lihat pula telaah ilmiah Surah al-haqqah/69: 13-16 dan Surah al-Ma'arij/70: 8. Ketika terjadi proses ke arah Big Crunch itu, yaitu proses pemadatan atau penyusutan alam semesta, maka semua materi pecah kembali menjadi materi-materi fundamental seperti quark, elektron dan sebagainya. Gaya-gaya seperti gaya gravitasi, elektromagnetik, nuklir kuat dan nuklir lemah mulai menyatu kembali. Saat itulah benda-benda langit mulai kehilangan gaya-gaya gravitasinya, dan akibatnya terjadilah tabrakan-tabrakan dahsyat antar bintang, inilah gambaran 'bintang-bintang berjatuhan, karena kehilangan gaya-gaya gravitasinya.

Matahari yang juga merupakan jenis bintang mengalami hal sama. Ketika benda-benda langit saling mendekat, kekuatan gravitasi bagian luar boleh jadi akan melebihi cengkeraman kekuatan plasma di dalam bintang-bintang itu (termasuk matahari). Akibatnya adalah volume matahari dan bintang-bintang yang lain akan memuai. Matahari akan menjadi lebih besar volumenya, namun tekanan internalnya berkurang, dan cukup untuk menghentikan energi yang menghasilkan reaksi perpaduan nuklirnya. Akibatnya sinar matahari (yang memuai itu) akan meredup menjadi merah. Ketika pengembangan volume matahari telah mencapai maksimum, maka matahari akan mengalami kontraksi dan volumenya akan menurun dan menurun terus, mengecil yang akhirnya menjadi bintik hitam yang super-padat (dwarf black hole atau bintik hitam kerdil). Inikah yang dimaksud dengan matahari digulung pada ayat 1 di atas?

Benturan juga terjadi antar-planet, sehingga bumi berbenturan dengan planet-planet lainnya. Akibat peristiwa inilah terjadinya kehancuran gunung-gunung. Semua proses ini akan mengarah ke Big Crunch dan kembali menjadi singularity.

Ayat 4

وَاِذَا الْعِشَارُ عُطِّلَتْۖ

wa iżal-‘isyāru ‘uṭṭilat.

dan apabila unta-unta yang bunting ditinggalkan (tidak terurus),

Dan apabila unta-unta bunting yang termasuk benda paling dihargai oleh orang-orang Arab, ditinggalkan dan tidak dipedulikan oleh pemiliknya karena kedahsyatan hari Kiamat tersebut. Hal ini menggambarkan kedahsyatan hari Kiamat yang jika diperkirakan, jika ada seorang laki-laki mempunyai unta yang bunting tentu ditinggalkan karena terlalu sibuk memikirkan keselamatan dirinya sendiri.

Ayat 5

وَاِذَا الْوُحُوْشُ حُشِرَتْۖ

wa iżal-wuḥūsy ḥusyirat.

dan apabila binatang-binatang liar dikumpulkan,

Dan apabila binatang-binatang liar dikumpulkan dan dimusnahkan.

Ayat 6

وَاِذَا الْبِحَارُ سُجِّرَتْۖ

wa iżal-biḥāru sujjirat.

dan apabila lautan dipanaskan,

Dan apabila lautan-lautan dijadikan meluap, sehingga menjadi satu, kemudian menyala dengan kobaran api yang tadinya terpendam di bawah bumi tersebut.

Setelah Allah menerangkan beberapa peristiwa yang menjadi permulaan hancurnya alam semesta dan matinya semua makhluk yang berada di atasnya, maka Allah menjelaskan apa yang terjadi setelah itu tentang kebangkitan.

Ayat 7

وَاِذَا النُّفُوْسُ زُوِّجَتْۖ

wa iżan-nufūsu zuwwijat.

dan apabila roh-roh dipertemukan (dengan tubuh),

Dan apabila roh-roh dipertemukan kembali dengan tubuh untuk memasuki kehidupan di alam akhirat. Ayat ini mengandung isyarat bahwa roh-roh itu tetap utuh setelah mati dan pada hari Kiamat dikembalikan lagi pada badannya.

Pendapat lain menyebutkan arti ayat ini dengan bertemunya kelompok orang-orang termasuk ashabul-yamin dengan kelompok ashabusy-syimal. Ibnu 'Abbas mengatakan bahwa arti ayat ini adalah dipertemukannya roh orang-orang yang beriman dengan pasangan-pasangannya di surga dan roh orang-orang kafir dipertemukan dengan setan-setan pembantunya.

Ayat 8

وَاِذَا الْمَوْءٗدَةُ سُىِٕلَتْۖ

wa iżal-mau'ūdatu su'ilat.

dan apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya,

Dan apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya, karena dosa apakah dia dibunuh? Dalam ayat ini Allah menerangkan bahwa bayi-bayi yang pernah dikubur hidup-hidup akan dihidupkan kembali di hadapan orang yang menguburkannya dan ditanya karena dosa apakah dia dibunuh. Jawaban pertanyaan ini memberikan kesan yang lebih dalam kepada si pembunuhnya karena bayi perempuan itu akan menjawab bahwa ia dikubur hidup-hidup tanpa dosa sama sekali, hanya karena orang tuanya takut dihinggapi kefakiran dan kemiskinan. Kebiasaan orang Arab pada zaman Jahiliah ini sangat di luar peri kemanusiaan.

Di kalangan mereka ada yang tidak mengubur hidup-hidup anaknya yang perempuan, tetapi ia memberikan pekerjaan kepadanya dengan menggembalakan kambing di padang pasir dengan pakaian bulu dan membiarkan hidup dalam kesepian.

Dan ada pula yang membiarkan anak perempuannya itu hidup sampai umur enam tahun kemudian ia berkata kepada ibunya, "Dandanilah anak ini dengan pakaian yang baik, karena akan dibawa ziarah mengunjungi bibinya." Sebelumnya ia telah menggali sebuah sumur di padang pasir. Setelah ia sampai dengan anak perempuannya itu di tepi sumur itu, lalu berkata, "Tengok, apa yang ada dalam sumur itu." Kemudian anak perempuan itu ditendang dari belakang dan setelah jatuh ke dalam sumur itu lalu ditimbun dan diratakan dengan tanah. Dan di antara mereka ada yang berbuat lebih kejam lagi daripada ini. Setelah datang agama Islam, maka kekejaman yang di luar peri kemanusiaan itu diganti dengan sikap yang penuh ramah dan kesayangan.

Di antara alasan pembunuhan anak perempuan di masa Jahiliah adalah karena anak perempuan dianggap tidak punya nilai ekonomis yang bisa menguntungkan keluarga. Alasan lain adalah karena anak perempuan dianggap sangat lemah, sering menjadi korban pelecehan seksual atau karena perempuan dianggap sebagai penggoda laki-laki yang bisa membuat malu keluarga.

Dalam Surah an-Nahl/16: 58, Allah menggambarkan seorang laki-laki yang mendapat kelahiran putrinya dengan wajah hitam karena menahan marah.

Padahal apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, wajahnya menjadi hitam (merah padam), dan dia sangat marah. (an-Nahl/16: 58)

Islam adalah agama yang menghormati perempuan, sama seperti menghormati laki-laki. Oleh sebab itu, Islam melarang pembunuhan bayi laki-laki maupun perempuan, baik karena kemiskinan atau karena takut miskin. Allah berfirman:

Janganlah membunuh anak-anakmu karena miskin. Kamilah yang memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka. (al-An'am/6: 151)

Ayat 9

بِاَيِّ ذَنْۢبٍ قُتِلَتْۚ

bi'ayyi żambin qutilat.

karena dosa apa dia dibunuh?

Dan apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya, karena dosa apakah dia dibunuh? Dalam ayat ini Allah menerangkan bahwa bayi-bayi yang pernah dikubur hidup-hidup akan dihidupkan kembali di hadapan orang yang menguburkannya dan ditanya karena dosa apakah dia dibunuh. Jawaban pertanyaan ini memberikan kesan yang lebih dalam kepada si pembunuhnya karena bayi perempuan itu akan menjawab bahwa ia dikubur hidup-hidup tanpa dosa sama sekali, hanya karena orang tuanya takut dihinggapi kefakiran dan kemiskinan. Kebiasaan orang Arab pada zaman Jahiliah ini sangat di luar peri kemanusiaan.

Di kalangan mereka ada yang tidak mengubur hidup-hidup anaknya yang perempuan, tetapi ia memberikan pekerjaan kepadanya dengan menggembalakan kambing di padang pasir dengan pakaian bulu dan membiarkan hidup dalam kesepian.

Dan ada pula yang membiarkan anak perempuannya itu hidup sampai umur enam tahun kemudian ia berkata kepada ibunya, "Dandanilah anak ini dengan pakaian yang baik, karena akan dibawa ziarah mengunjungi bibinya." Sebelumnya ia telah menggali sebuah sumur di padang pasir. Setelah ia sampai dengan anak perempuannya itu di tepi sumur itu, lalu berkata, "Tengok, apa yang ada dalam sumur itu." Kemudian anak perempuan itu ditendang dari belakang dan setelah jatuh ke dalam sumur itu lalu ditimbun dan diratakan dengan tanah. Dan di antara mereka ada yang berbuat lebih kejam lagi daripada ini. Setelah datang agama Islam, maka kekejaman yang di luar peri kemanusiaan itu diganti dengan sikap yang penuh ramah dan kesayangan.

Di antara alasan pembunuhan anak perempuan di masa Jahiliah adalah karena anak perempuan dianggap tidak punya nilai ekonomis yang bisa menguntungkan keluarga. Alasan lain adalah karena anak perempuan dianggap sangat lemah, sering menjadi korban pelecehan seksual atau karena perempuan dianggap sebagai penggoda laki-laki yang bisa membuat malu keluarga.

Dalam Surah an-Nahl/16: 58, Allah menggambarkan seorang laki-laki yang mendapat kelahiran putrinya dengan wajah hitam karena menahan marah.

Padahal apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, wajahnya menjadi hitam (merah padam), dan dia sangat marah. (an-Nahl/16: 58)

Islam adalah agama yang menghormati perempuan, sama seperti menghormati laki-laki. Oleh sebab itu, Islam melarang pembunuhan bayi laki-laki maupun perempuan, baik karena kemiskinan atau karena takut miskin. Allah berfirman:

Janganlah membunuh anak-anakmu karena miskin. Kamilah yang memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka. (al-An'am/6: 151)

Ayat 10

وَاِذَا الصُّحُفُ نُشِرَتْۖ

wa iżaṣ-ṣuḥufu nusyirat.

Dan apabila lembaran-lembaran (catatan amal) telah dibuka lebar-lebar,

Dalam ayat ini dijelaskan apabila catatan-catatan amal perbuatan manusia dibuka, maka mereka akan melihat kebajikan atau kejahatan yang mereka perbuat ketika di dunia. Mereka akan tercengang keheranan karena tidak menyangka semuanya tercatat rapi dan teliti. Allah berfirman:

Dan diletakkanlah kitab (catatan amal), lalu engkau akan melihat orang yang berdosa merasa ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata, "Betapa celaka kami, kitab apakah ini, tidak ada yang tertinggal, yang kecil dan yang besar melainkan tercatat semuanya," dan mereka dapati (semua) apa yang telah mereka kerjakan (tertulis). Dan Tuhanmu tidak menzalimi seorang jua pun. (al-Kahf/18: 49)

Bagaimana bentuk kitab atau catatan amal perbuatan manusia itu di Padang Mahsyar tidak kita ketahui. Namun kalau manusia saja mampu menciptakan berbagai alat perekam yang begitu canggih dan teliti, kita percaya bahwa Allah Sang Pencipta manusia punya sistem dan cara untuk merekam perbuatan, perkataan, dan isi hati manusia dengan hasil yang lebih baik dari apa yang dapat dibuat manusia.

Ayat 11

وَاِذَا السَّمَاۤءُ كُشِطَتْۖ

wa iżas-samā'u kusyiṭat.

dan apabila langit dilenyapkan,

Dan apabila langit dilenyapkan karena kehancuran planet-planet yang ada di dalamnya. Langit yang begitu luas dapat dilipat seperti melipat kertas. Firman Allah:

(Ingatlah) pada hari langit Kami gulung seperti menggulung lembaran-lembaran kertas. (al-Anbiya'/21: 104)

Ayat 12

وَاِذَا الْجَحِيْمُ سُعِّرَتْۖ

wa iżal-jaḥīmu su‘‘irat.

dan apabila neraka Jahim dinyalakan,

Dan apabila neraka Jahim yang disediakan untuk menyiksa orang-orang kafir dan durhaka telah dinyalakan sehebat-hebatnya sehingga orang yang memasukinya merasa kesakitan yang paling dahsyat. Itulah azab yang diancamkan Allah kepada orang-orang yang mengingkari-Nya. Firman Allah:

Sungguh, Kami telah menyediakan bagi orang-orang kafir rantai, belenggu dan neraka yang menyala-nyala. (al-Insan/76: 4)

Ayat 13

وَاِذَا الْجَنَّةُ اُزْلِفَتْۖ

wa iżal-jannatu uzlifat.

dan apabila surga didekatkan,

Dan apabila surga didekatkan kepada orang-orang yang akan memasukinya yaitu orang-orang mukmin yang bertakwa. Ini adalah balasan atas jerih payah dan usaha mereka berjihad menegakkan agama Allah dan menjalankan perintah agama. Allah berfirman:

Dan surga didekatkan kepada orang-orang yang bertakwa. (asy-Syu'ara'/26: 90)

Ayat 14

عَلِمَتْ نَفْسٌ مَّآ اَحْضَرَتْۗ

‘alimat nafsum mā aḥḍarat.

setiap jiwa akan mengetahui apa yang telah dikerjakannya.

Jika semua peristiwa-peristiwa yang disebutkan sebelum ayat ini telah terjadi, tiap jiwa akan mengetahui apa yang telah dikerjakannya. Sebagian besar dari manusia ketika hidup di dunia tertipu oleh godaan setan. Mereka akan menjumpai amal perbuatan mereka pada hari Kiamat tidak diterima oleh Allah bahkan dijauhkan dari rahmat-Nya dan berada di bawah murka-Nya.

Orang-orang yang amal perbuatannya diselubungi dengan ria, tidak mendapat faedah dari amalnya itu kecuali sekadar kepayahan dan kesulitan. Setiap orang wajib memandang kepada amal perbuatannya dengan kaca mata agama dan menimbangnya dengan timbangan yang benar, sebab Allah tidak menerima amal perbuatan melainkan yang muncul dari hati yang penuh dengan keimanan dan keikhlasan.

Ayat 15

فَلَآ اُقْسِمُ بِالْخُنَّسِۙ

falā uqsimu bil-khunnas(i).

Aku bersumpah demi bintang-bintang,

Dalam ayat-ayat ini, Allah bersumpah demi bintang-bintang yang beredar dan terbenam. Bintang-bintang itu semuanya tidak tampak oleh penglihatan pada siang hari, namun akan kelihatan bersinar pada malam hari. Allah bersumpah dengan bintang-bintang itu karena dalam keadaannya yang silih berganti, tidak tampak ketika siang dan bersinar pada malam hari, merupakan tanda atas kekuasaan Allah yang mengatur perjalanannya.

Ayat 16

الْجَوَارِ الْكُنَّسِۙ

al-jawāril-kunnas(i).

yang beredar dan terbenam,

Dalam ayat-ayat ini, Allah bersumpah demi bintang-bintang yang beredar dan terbenam. Bintang-bintang itu semuanya tidak tampak oleh penglihatan pada siang hari, namun akan kelihatan bersinar pada malam hari. Allah bersumpah dengan bintang-bintang itu karena dalam keadaannya yang silih berganti, tidak tampak ketika siang dan bersinar pada malam hari, merupakan tanda atas kekuasaan Allah yang mengatur perjalanannya.

Ayat 17

وَالَّيْلِ اِذَا عَسْعَسَۙ

wal-laili iżā ‘as‘as(a).

demi malam apabila telah larut,

Dalam ayat ini, Allah bersumpah demi malam apabila telah hampir meninggalkan gelapnya.

Ayat 18

وَالصُّبْحِ اِذَا تَنَفَّسَۙ

waṣ-ṣubḥi iżā tanaffas(a).

dan demi subuh apabila fajar telah menyingsing,

Kemudian dalam ayat ini Allah bersumpah demi subuh apabila fajar mulai menyingsing dan bersinar. Waktu subuh digunakan Allah dalam bersumpah karena waktu ini menimbulkan harapan yang menggembirakan bagi setiap manusia yang bangun pagi karena menghadapi hari yang baru. Saat itu mereka dapat menemukan hajat keperluan hidupnya mengganti yang hilang dan bersiap-siap untuk yang akan datang.

Kemudian Allah menerangkan apa yang dijadikan objek sumpahnya itu, dengan firman-Nya pada ayat berikut ini.

Ayat 19

اِنَّهٗ لَقَوْلُ رَسُوْلٍ كَرِيْمٍۙ

innahū laqaulu rasūlin karīm(in).

sesungguhnya (Al-Qur'an) itu benar-benar firman (Allah yang dibawa oleh) utusan yang mulia (Jibril),

Dalam ayat-ayat ini, Allah menjelaskan objek sumpah yang disebutkan dalam ayat 15-18 di atas, yaitu sesungguhnya apa yang diberitahukan oleh Muhammad saw tentang peristiwa-peristiwa hari Kiamat bukanlah kata-kata seorang dukun atau isapan jempol. Akan tetapi, benar-benar wahyu yang dibawa oleh Malaikat Jibril dari Tuhannya. Allah telah menyifati utusan yang membawa Al-Qur'an tersebut, yaitu Malaikat Jibril, dengan lima macam sifat yang mengandung keutamaan:

1.Yang mulia pada sisi Tuhannya karena Allah memberikan padanya sesuatu yang paling berharga yaitu hidayah, dan memerintahkannya untuk menyampaikan hidayah itu kepada para nabi-Nya diteruskan kepada para hamba-Nya.

2.Yang mempunyai kekuatan dalam memelihara Al-Qur'an jauh dari sifat pelupa atau keliru.

3.Yang mempunyai kedudukan tinggi di sisi Allah yang mempunyai 'Arasy.

4.Yang ditaati di kalangan malaikat karena kewenangannya.

5.Yang dipercaya untuk menyampaikan wahyu karena terpelihara dari sifat-sifat khianat dan penyelewengan.

Ayat 20

ذِيْ قُوَّةٍ عِنْدَ ذِى الْعَرْشِ مَكِيْنٍۙ

Żī quwwatin ‘inda żil-‘arsyi makīn(in).

yang memiliki kekuatan, memiliki kedudukan tinggi di sisi (Allah) yang memiliki ‘Arsy,

Dalam ayat-ayat ini, Allah menjelaskan objek sumpah yang disebutkan dalam ayat 15-18 di atas, yaitu sesungguhnya apa yang diberitahukan oleh Muhammad saw tentang peristiwa-peristiwa hari Kiamat bukanlah kata-kata seorang dukun atau isapan jempol. Akan tetapi, benar-benar wahyu yang dibawa oleh Malaikat Jibril dari Tuhannya. Allah telah menyifati utusan yang membawa Al-Qur'an tersebut, yaitu Malaikat Jibril, dengan lima macam sifat yang mengandung keutamaan:

1.Yang mulia pada sisi Tuhannya karena Allah memberikan padanya sesuatu yang paling berharga yaitu hidayah, dan memerintahkannya untuk menyampaikan hidayah itu kepada para nabi-Nya diteruskan kepada para hamba-Nya.

2.Yang mempunyai kekuatan dalam memelihara Al-Qur'an jauh dari sifat pelupa atau keliru.

3.Yang mempunyai kedudukan tinggi di sisi Allah yang mempunyai 'Arasy.

4.Yang ditaati di kalangan malaikat karena kewenangannya.

5.Yang dipercaya untuk menyampaikan wahyu karena terpelihara dari sifat-sifat khianat dan penyelewengan.

Ayat 21

مُّطَاعٍ ثَمَّ اَمِيْنٍۗ

muṭā‘in ṡamma amīn(in).

yang di sana (di alam malaikat) ditaati dan dipercaya.

Dalam ayat-ayat ini, Allah menjelaskan objek sumpah yang disebutkan dalam ayat 15-18 di atas, yaitu sesungguhnya apa yang diberitahukan oleh Muhammad saw tentang peristiwa-peristiwa hari Kiamat bukanlah kata-kata seorang dukun atau isapan jempol. Akan tetapi, benar-benar wahyu yang dibawa oleh Malaikat Jibril dari Tuhannya. Allah telah menyifati utusan yang membawa Al-Qur'an tersebut, yaitu Malaikat Jibril, dengan lima macam sifat yang mengandung keutamaan:

1.Yang mulia pada sisi Tuhannya karena Allah memberikan padanya sesuatu yang paling berharga yaitu hidayah, dan memerintahkannya untuk menyampaikan hidayah itu kepada para nabi-Nya diteruskan kepada para hamba-Nya.

2.Yang mempunyai kekuatan dalam memelihara Al-Qur'an jauh dari sifat pelupa atau keliru.

3.Yang mempunyai kedudukan tinggi di sisi Allah yang mempunyai 'Arasy.

4.Yang ditaati di kalangan malaikat karena kewenangannya.

5.Yang dipercaya untuk menyampaikan wahyu karena terpelihara dari sifat-sifat khianat dan penyelewengan.

Ayat 22

وَمَا صَاحِبُكُمْ بِمَجْنُوْنٍۚ

wa mā ṣāḥibukum bimajnūn(in).

Dan temanmu (Muhammad) itu bukanlah orang gila.

Dalam ayat ini, Allah menyifati Nabi Muhammad dengan mengatakan bahwa Muhammad itu bukanlah orang gila, sebagaimana yang dituduhkan oleh orang-orang kafir Mekah.

Kalimat "temanmu" dalam ayat ini merupakan alasan untuk menerangkan kedustaan mereka. Sebab, setiap orang akan mengenal tabiat temannya yang sehari-hari bergaul dengannya. Orang-orang Quraisy itu selalu bergaul dengan Nabi Muhammad semenjak beliau masih kecil dan mengetahui kejujuran beliau. Oleh karena itu, mereka memberikan julukan kehormatan kepadanya dengan kata-kata "al-Amin" sebelum beliau menjadi nabi.

Beliau tidak pernah berdusta, menyalahi janji, atau berkhianat, sehingga apa-apa yang dituduhkan kepada Nabi Muhammad itu tentang sifat gila, tukang sihir, atau pendusta adalah bohong semata.

Ayat 23

وَلَقَدْ رَاٰهُ بِالْاُفُقِ الْمُبِيْنِۚ

wa laqad ra'āhu bil-ufuqil-mubīn(i).

Dan sungguh, dia (Muhammad) telah melihatnya (Jibril) di ufuk yang terang.

Nabi Muhammad pernah melihat Jibril dalam bentuk yang asli dua kali dalam hidupnya. Pertama, ketika beliau berada di Gua Hira sebelum turunnya Surah al-Muddatstsir, dan kedua, ketika beliau mi'raj ke langit ketujuh. Firman Allah

Dan sungguh, dia (Muhammad) telah melihatnya (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratul Muntaha. (an-Najm/53: 13-14)

Ayat 24

وَمَا هُوَ عَلَى الْغَيْبِ بِضَنِيْنٍۚ

wa mā huwa ‘alal-gaibi biḍanīn(in).

Dan dia (Muhammad) bukanlah seorang yang kikir (enggan) untuk menerangkan yang gaib.

Ayat ini menerangkan bahwa Nabi Muhammad bukanlah seorang bakhil dalam menyampaikan seluruh wahyu yang disampaikan malaikat Jibril kepadanya. Di samping itu, beliau adalah seorang yang sangat dipercaya karena tidak pernah mengubah wahyu walaupun satu huruf dengan ucapannya sendiri.

Ayat 25

وَمَا هُوَ بِقَوْلِ شَيْطٰنٍ رَّجِيْمٍۚ

wa mā huwa biqauli syaiṭānir rajīm(in).

Dan (Al-Qur'an) itu bukanlah perkataan setan yang terkutuk,

Dalam ayat ini, Allah menerangkan bahwa Al-Qur'an bukanlah perkataan setan yang terkutuk, dan bukanlah perkataan yang diletakkan oleh setan di atas lidah Muhammad ketika mengganggu akalnya seperti yang dituduhkan oleh orang Quraisy. Muhammad sudah terkenal sejak kecilnya dengan pikiran yang sehat dan tidak pernah berbuat khianat. Oleh karena itu, apa yang diterangkan oleh Muhammad tentang berita akhirat, surga, dan neraka bukanlah perkataan setan.

Ayat 26

فَاَيْنَ تَذْهَبُوْنَۗ

fa aina tażhabūn(a).

maka ke manakah kamu akan pergi?

Kemudian Allah menerangkan bahwa orang-orang Quraisy itu telah sesat, jauh dari jalan kebenaran, dan tidak mengetahui jalan kebijaksanaan, sehingga Allah bertanya kepada mereka, "Maka ke manakah kamu akan pergi?" Maksudnya ialah sesudah diterangkan bahwa Al-Qur'an itu benar-benar datang dari Allah dan di dalamnya terdapat pelajaran dan petunjuk yang membimbing manusia ke jalan yang lurus, ditanyakan kepada orang-orang kafir itu, "Jalan manakah yang akan kamu tempuh lagi?"

Ayat 27

اِنْ هُوَ اِلَّا ذِكْرٌ لِّلْعٰلَمِيْنَۙ

in huwa illā żikrul lil-‘ālamīn(a).

(Al-Qur'an) itu tidak lain adalah peringatan bagi seluruh alam,

Kemudian Allah menyatakan bahwa Al-Qur'an itu tiada lain hanya peringatan bagi semesta alam, bagi mereka yang mempunyai hati cenderung kepada kebaikan. Namun demikian, tidak semua manusia dapat mengambil manfaat dari Al-Qur'an ini. Yang mengambil manfaat ialah siapa yang mau menempuh jalan yang lurus. Adapun orang yang menyimpang dari jalan itu, maka ia tidak dapat mengambil manfaat dari peringatan Al-Qur'an.

Ayat 28

لِمَنْ شَاۤءَ مِنْكُمْ اَنْ يَّسْتَقِيْمَۗ

liman syā'a minkum ay yastaqīm(a).

(yaitu) bagi siapa di antara kamu yang menghendaki menempuh jalan yang lurus.

Kemudian Allah menyatakan bahwa Al-Qur'an itu tiada lain hanya peringatan bagi semesta alam, bagi mereka yang mempunyai hati cenderung kepada kebaikan. Namun demikian, tidak semua manusia dapat mengambil manfaat dari Al-Qur'an ini. Yang mengambil manfaat ialah siapa yang mau menempuh jalan yang lurus. Adapun orang yang menyimpang dari jalan itu, maka ia tidak dapat mengambil manfaat dari peringatan Al-Qur'an.

Ayat 29

وَمَا تَشَاۤءُوْنَ اِلَّآ اَنْ يَّشَاۤءَ اللّٰهُ رَبُّ الْعٰلَمِيْنَ ࣖ

wa mā tasyā'ūna illā ay yasyā'allāhu rabbul-‘ālamīn(a).

Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan seluruh alam.

Dalam ayat ini, Allah mengatakan bahwa manusia tidak mempunyai kehendak sendiri untuk berbuat sesuatu yang dikehendakinya bilamana tidak sesuai dengan kehendak Allah.

At-Takwir (29 ayat)

Ads

#HaditsPilihan

Telah menceritakan kepada kami Kurdus bin Abu Abdullah Al Wasithi berkata, telah menceritakan kepada kami Abdul Karim bin Rauh berkata, telah menceritakan kepada kami Rauh bin 'Anbasah bin Sa'id bin Abu 'Ayyasy mantan budak Utsman bin 'Affan, dari bapaknya 'Anbasah bin Sa'id dari neneknya yaitu ibu ayahnya Ummu 'Ayyasy -dan ia adalah pembantu Ruqayyah puteri R... Selengkapnya

HR. Ibnu Majah